Oleh : Aryetti Tunisia S.Pd
Latar belakang
Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Pendidikan karakter
Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi faham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan mau melakukannya (domain psikomotor).
Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa. Indikator dalam pengembangan karakter disekolah diantaranya adalah pembiasaan jujur, santun, disiplin,tanggung jawab, peduli, percaya diri, rasa ingin tahu dan cinta tanah air
Proses internalisasi karakter bangsa akan lebih efektif bila dilakukan secara berkesinambungan melalui proses belajar mengajar. Hal ini sangat relevan dengan pengembangan kurikulum 2013 yang memprioritaskan pembelajaran pada jenjang sekolah dasar agar pendidikan karakter diberi porsi yang lebih besar dan dimasukkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan proses interaktif antara siswa yang belajar dan guru yang membelajarkan. Kedua proses ini harus disadari dan disinergikan oleh siswa dan guru, sehingga antara kedua proses ini terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Diterapkannya pembelajaran tematik dalam pembelajaran, membuka ruang yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan dan menyenangkan. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran untuk mengembangkan karakter kebangsaan dalam tema yang diajarkan. Dalam setiap temanya selalu terkandung nilai-nilai karakter untuk membangun sikap dan perilaku positif siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran tematik .
Dalam pembelajaran tematik guru memfasilitasi siswa belajar berdasarkan tema yang telah ditetapkan. Pada setiap tema guru dapat meggabungkan beberapa subyek belajar yang dapat dilakukan secara terintegratif dalam urutan dan waktu yang baik. Sehingga siswa mendapatkan pengetahuan secara komplet dan holistik. Proses belajar mengajar secara tematik terintegratif sangat memungkinkan berkembangnya karakter lebih cepat, karena dalam pembelajaran tematik siswa dituntut lebih aktif dan terlibat secara fisik dan mental dalam proses belajar. Kolaborasi dan komunikasi dengan siswa lain lebih menonjol sehingga menjadikan pembentukan karakter secara lengkap.
Proses belajar tematik diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikis peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran tematik guru selalu melakukan penguatan untuk mendukung pembentukan sikap baik sikap spiritual atau sikap sosial, pengetahuan dan perilaku positif. Mendukung ketercapaian kompetensi pada sikap spiritual dan sosial dengan kegiatan pembiasaan, keteladanan dan budaya sekolah. Kegiatan pembiasaan karakter yang muncul dari siswa dilakukan penilaian secara autentik termasuk penilaian pengetahuan dan keterampilan.
Perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial merupakan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran tematik . Dengan belajar tematik dapat terwujud siswa yang yang berkarakter..